Sebagai tanggapan atas keterbatasan lahan dan tantangan lingkungan yang semakin kompleks, upaya rekayasa genetik telah menjadi fokus utama bagi PTPN III (Persero) dan anak perusahaannya, PTPN I Regional 4.
Melalui kemitraan dengan Pusat Penelitian (Puslit) Sukosari dan Universitas Jember, terobosan besar telah tercapai dengan lahirnya varietas tebu NXI 4T.
Apa itu Tebu Varian NXI 4T?
Tebu Varian NXI 4T mencatat sejarah sebagai tebu transgenik pertama di dunia yang menampilkan karakteristik masak lambat serta adaptabilitas terhadap tanah kering.
Melansir laman ptpn10.co.id, keberhasilan ini tak lepas dari pengembangan yang teliti mulai dari kultur jaringan hingga tahap pembibitan yang dilakukan oleh PTPN I Regional 4.
Sedangkan dari laman Wikpedia dijelaskan, tebu jenis ini dikembangkan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara Perkebunan Nusantara XI (Persero) bekerjasama dengan Ajinomoto dan Universitas Jember, dengan menggunakan metode transformasi genetik.
Materi genetik yang digunakan untuk merakit tebu transgenik ini adalah gen betA yang menyandikan enzim choline dehydrogenase (CDH) dan dirancang dalam plasmid pMLH 2113. Sekuen gen betA yang digunakan merupakan dari bakteri Rhizobium meliloti.
Dalam konstruksi tersebut terlihat bahwa gen betA dikendalikan oleh promoter DNA 35S-CaMV (Cauliflower Mozaic Virus) dan gen penanda ketahanan terhadap antibiotik higromisin (hptII).
Konstruk pMLH 2113 yang mengadung gen betA kemudian ditransformasikan ke sel bakteri Agrobacterium tumefaciens galur LBA4404 dan digunakan untuk transformasi genetik tanaman tebu.
Solusi Produktivitas di Lahan Kurang Air
Manajer Puslit Sukosari Nanik Tri Ismadi menjelaskan bahwa varian ini merupakan tonggak penting dalam menghadapi perubahan pola lahan yang Indonesia alami.
Lahan bergeser, menurut Nanik, karena harga gula rendah. Hal tersebut menyebabkan ketidakmampuan dalam menyewa lahan yang kelas satu. pada akhirnya bergeser ke lahan tegalan, dan ada keterbatasan air di lahan tersebut.
Menurut Nanik, varietas yang tahan kering dibutuhkan di lahan tersebut. Ia pun mengungkapkan dengan bangga keberhasilan dalam peningkatan produktivitas di lahan-lahan yang kurang tersebut melalui varietas NXI 4T.
“Melalui NXI 4T, kami menghadirkan solusi untuk lahan-lahan terbatas dengan kondisi air yang minim.” kata Nanik
Dalam sumber lain di sebutkan bahwa varietas benih NXI 4T dapat mengurangi kebutuhan air menjadi hanya satu kali penyiraman dalam sehari. Berbeda dengan varietas tebu konvensional yang memerlukan penyiraman hingga tiga kali dalam sehari.
Karena itu, varietas ini merupakan pilihan ideal untuk lahan-lahan yang tidak teraliri air, seperti lahan tegal dan tadah hujan.
Hasil uji coba di laboratorium PTPN XI menunjukkan bahwa benih tebu bioteknologi NXI 4T dapat terus tumbuh selama lebih dari 36 hari tanpa kekurangan air, sementara varietas tebu konvensional hanya mampu bertahan maksimal 19 hari dalam kondisi yang sama.
Hal ini menegaskan keunggulan NXI 4T dalam ketahanan terhadap kekurangan air, menjadi pilihan yang tepat untuk daerah-daerah yang cenderung kering.
Selain mengatasi keterbatasan lahan, NXI 4T juga memberikan kontribusi signifikan terhadap produktivitas. Dalam uji coba pada tahun 2019, hasilnya menjanjikan dengan tingkat rendemen yang mencapai 7 hingga 11, serta produktivitas yang meningkat mencapai 90 hingga 200 ton per hektar.
Diminati Negara Lain
Keberhasilan ini telah menarik perhatian beberapa negara seperti India, Afrika, dan Filipina.
Tak berhenti sampai di situ, NXI 4T juga telah meraih sertifikasi keamanan lingkungan dari Menteri Lingkungan Hidup dan sertifikasi keamanan pangan dari BPOM.
Keputusan Menteri Pertanian No 4571/Kpts/SR 120/8/2013 juga telah menetapkan NXI 4T sebagai varietas unggul dalam rekayasa genetika.
Dengan varietas inovatif ini, PTPN I Regional 4 berharap dapat mengatasi keterbatasan lahan pertanian di Indonesia, sambil tetap memberikan kontribusi positif terhadap produktivitas tebu dan ketahanan gula nasional.
Inovasi NXI 4T bukan hanya sekadar pencapaian teknologi, tetapi juga wujud komitmen perusahaan dalam menghadirkan solusi berkelanjutan bagi tantangan pertanian masa depan.